NAMA
: FRISKA MAGDALENA
(33413589)
JOERIKE
JOELIANA (34413658)
NAQIYYATUSSYIFA ALMAGHFIROH (36413337)
KELAS
: 2ID10
TUGAS ILMU SOSIAL DASAR KE III (TIGA)
A.
MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN
1.
MASYARAKAT PERKOTAAN
a.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society)
adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi
terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah
sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian
masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
Menurut Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur
yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suau
kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt, masyarakat
merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu
yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama
serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
b.
Syarat-Syarat Menjadi Masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang
harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai
masyarakat.
1) Ada
sistem tindakan utama.
2) Saling
setia pada sistem tindakan utama.
3) Mampu
bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4)
Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi
manusia.
c.
Pengertian Masyarakat Perkotaan
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat
dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya,
apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya
dipasar. Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani
ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau
lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
d.
Ciri-Ciri Masyarakat Kota\
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat
perkotaan, yaitu :
·
Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan
karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
· Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
·
Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
·
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak
diperoleh warga kota.
· Perubahan-perubahan
tampak nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
·
Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor
kepentingan dari pada faktor pribadi.
·
Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan individu.
e.
Perbedaan Antara Kota dan Desa
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Kita dapat membedakan antara
masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik
tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi
sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan “berlawanan”.
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan
yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga
masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
sistem kekeluargaan, menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu,
adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan.
Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan
umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada
mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. menyatakan bahwa di
daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang
kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai
petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Dengan melihat perbedaan
perbedaan yang ada mudah mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam
menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagi masyarakat pedeasaan
atau masyarakat perkotaan. Ciri-ciri tersebut antara lain :
·
Jumlah dan kepadatan penduduk
·
Lingkungan hidup
· Mata
pencaharian
· Corak
kehidupan sosial
·
Stratifikasi sosial
·
Mobilitas sosial
· Pola
interaksi sosial
·
Solidaritas sosial
·
Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional
f.
Hubungan Desa dengan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua
komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang
wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan,
karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging
dan ikan.
Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi
jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam
proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman.
Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang
pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan
yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut
sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas
pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan
kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami
yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar
suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling
mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti:
·
Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan
dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan
perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
·
Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak
kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan
lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
·
Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke
desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
·
ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang
bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya
diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah
terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan
pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa
adalah :
a)
Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota yang
saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah masalah
baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke
kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
b)
Sebab-sebab Urbanisasi
·
Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (Push factors)
·
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah
dan menetap dikota (pull factors)
2. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
a. Aspek
Positif dan Negatif Perkotaan
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola
kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan
dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut.
Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Untuk menunjang aktivitas serta memberikan suasana
aman, tenteram, nyaman, bagi warganya, kota diharuskan menyediakan fasilitas
kehidupan dan mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat warganya.
b. 5 Unsur
Lingkungan Perkotaan
Suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5
unsur yang meliputi :
Wisma, mengembangakan daerah perumahan sesuai dengan
pertambahan penduduk serta memperbaiki lingkungan perumahan yang telah ada.
Karya, yaitu penyediaan lapangan kerja. Dapat
dilakukan dengan enyediaan ruang untuk kegiatan perindustrian, perdagangan,
pelabuhan, terminal serta kegiatan lain.
Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang
berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat
lain dalam kota atau dengan kota-kota daerah lainnya. Dalam unsur ini termasuk
:
Penyempurnaan yaitu unsur yang merupakan bagian
penting bagi kota, termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota, fasilitas
pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas/ keperluan umum.
Menekan angka kelahiran
Mengalihkan pusar pembangunan pabrik/industri ke
pinggir kota\
Membendung urbanisasi
Membangun kota satelit
Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau
desa-desa yang telah ada disekitar kota besar
Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak
mempunyai
1.Suku bangsa dan kebudayaannya. 2. Agama3. Bahasa4. Nasional Indonesia.
·
Pengembangan jaringan jalan dan fasilitasnya ( terminal, parkir dll)
·
Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai bagian dari sistem
transportasi dan komunikasi kota.
4.
Memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi,
pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
Kelima unsur pokok ini merupakan pola pokok dari
komponen-komponen perkotaan yang kauantitas dan kualitasnya kemudian dirinci
dalam perencanaan suatu kota. Kebijaksanaan perencanaan dan pengembangan kota
harus dapat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional.
Rumusan pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan
masalah kota sebagai berikut :
c. Fungsi
Eksternal Perkotaan
Fungsi eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi
dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi
dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional.
3.
MASYARAKAT PEDESAAN
a.
Pengertiaan Desa
Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis,
social, ekonomi, politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam
hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain.
Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian
atau seluruhnya terisolasi dari kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan
tingkat penyesuaian penduduk terhadap lingkungan alam, seperti iklim, tanah,
topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain. Tingkat penyesuaian penduduk
desa terjhadap lingkungan alam bergantung factor ekonomi, social, pendidikan
dan kebudayaan.
b.
Ciri-Ciri Desa
Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai
berikut:
1. Sistem
kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar ekelurgaan (paguyuban).
2.
Masyarakat bersifat homogeny seperti dalam hal mata pencahariaan, agama
dan adat istiadat.
3.
Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bla
dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya
4. Mata
pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani.
5. Faktor
geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat.
6. Jarak
antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.
c.
Ciri-Ciri Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan
perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota
masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain
:
1) Didalam
masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam
dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas
wilayahnya.
2) Sistem
kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari
pertanian.
d. Macam-macam
Pekerjaan Gotong Royong
Di bidang pertanian, di waktu dahulu bila seseorang
akan mengerjakan / membuka kebun, berladang, memungut hasil panen dan lain
sebagainya, maka pekerjaan ini biasanya dilakukan bersama-sama sampai pekerjaan
tersebut selesai tanpa pamrih atau imbalan apapun, lebih banyak melibatkan
masyarakat dalam ikatan uku yaitu kelompok yang terikat dalam suatu
territorial, geonologis dan religious. Hal ini dilakukan karena mereka merasa
dirinya sebagai suatu kelompok primer di mana hubungan satu dengan yang lain
berlangsung dalam frekwensi yang tinggi. Pengarahan tenaga dilakukan hanya
dengan suatu pengunguman oleh kepala Ukuatau soa melalui marinyo (petugas untuk
menyampaikan berita ke seluruh negeri). Di Desa Tuhaha dan Haria juga desa-desa
lain di Pulau Saparua, bila ada kegiatan membuka kebun baru, terlebih dahulu
dilaksanakan upacara yang disebut mau-mau. Upacara ini dilakukan seminggu atau
paling lambat sehari sebelum kegiatan dimulai. Upacara ini dipimpin oleh orang
yang dituakan atau tua adat.
Di bidang perburuan, Aktivitas masohi untuk kegiatan
berburu diistilahkan dengan user. Kelompok ini beranggotakan kaum pria. Berburu
di desa Tuhaha dikenal dengan istilah “user babi”. Hasil buruan yang didapat
dibagi sama rata kepada anggota yang ikut dalamkegiatan tersebut serta pendeta
sebagai tanda terimakasih kepada Tuhan. Pemilik anjing biasanya mendapat dua
bagian. Jika ada kelebihan dibagi juga kepada kaumkerabat yang itdak ikut.
Sedangkan untuk acara pesta maka hasil buruannya diserahkan seluruhnya kepada
keluarga tersebut. Sedangkan di desa Haria kegiatan berburu dikenal dengan nama
“dodeso babi”. Dodeso biasanya di buat oleh kelompok yang terdiri dari lima
sampai tujuh orang. Hasilnya dibagi sama rata.
Di bidang perikanan, Kegiatan tolong menolong di
bidang perikanan dikenal beberapa istilah seperti rorehe/perahu arumbai dan
sero. Rorehe /perahu arumbai merupakan sejenis perahu pencari ikan dengan
ukuran besar memakai layar, yangdilengkapi alat penangkap ikan seperti:
1. Jaring redi panjang 100 sampai 600 meter, dapat
mengkap jenis ikan besar maupun kecil seperti ikan tongkol/cakalang,ikan momar.
2. Jala, dipakai untuk menangkap jenis-jenis ikan
seperti make kawalinya dan lain-lain.
3. Huhate, yaitu alat penangkap ikan yang terbuat
dari sebatang bamboo, panjang kira-kira dua meter, dimana pada ujung bamboo itu
diikat tali tasi dan diberi mata kail lengkap dengan umpan. Huhate dipakai
untuk menangkap jenis ikan besar seperti cakalang , komu/tunadan tatihu.
4. Jiop yaitu sejenis jarring yang dipakai untuk
menangkap jenis ikan seperti ikan terbang, ikan julung dan lain sebagainya.
Peserta yang ikut dalam kegiatan ini antara lima
sampai dengan 15 orang,dengan seorang pemimpin yang disebut tanasi. Pemilik
peralatan disebut tuan manara (menara) biasanya tuan manara merangkap tanasi,
sedangkan anggota arumbai disebut masnait. Seroyaitu sejenis penangkap ikan
yang terbuat dari belahan-belahan bamboo yang dianyam menyerupai tikar dan
dipancangkan pada tiang-tiang dan ditempatkan dipesisir pantai sebagai
perangkap ikan. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong. Tempat yang
dipilih untuk mendirikan sero harus di tempat yang didatangi kan dan juga pada
air yang agak dangkal, tetapi bila air pasang surut tidak kering.
Masyarakat di desa haria sebelum melaksanakan
kegiatan melaut selalu mengadakan doa bersama kepada Tuhan untuk memohon berkat
dan perlindungan selama di laut. Dalam hubungannya dengan kegiatan melaut,
mereka mengenal dua macam upacara untuk penggunaan perahu baru dan jarring
baru. Upacara ini dinamakan “upacara turun perahu dan upacara turun jarring”.
Di bidang teknologi, Aktivitas di bidang ini antara
laindalam kegiatan membuat pagar, mendirikan rumah, mulai dari memotong kayu
untuk ramuan rumah sampai membangun dan lain sebagianya dilaksanakan secara
gotong royong. Pelaksanaannya sama seperti gotong royong atao masohi di bidang
pertaninan. Di desa Tuhaha kegiatan memotong ramuan rumah, dilakukan pada saat
bulan genap (bulan mati).
Maano, Maano adalah kelompok tolong menolong dalam
mengerjakan suatu pekerjaan secara borongan di mana anggotnanya mendapat upah
dan dibagi sama rata di antara mereka. Kegiatan ini biaanya dilakukan pada
waktu panen, terutama panen cengkeh. Kelompok maano adalah mereka yang tidak
memiliki pohon cengkeh atau cengkehnya tidak berbuah. Ada juga kelompok maano
dari desa tetangga atau desa yang adahubungan pela. Bila dalam suatu negeri
hasil panennya banyak maka biasanya akan dimaanokan kepada orang lain. Jumlah
hasil panen yang diberikan telah disepakati bersama oleh mereka.
Di bidang kepentingan umum, Aktivitas ini
berhunbungan dengan kegiatan-kegiatan seputar kepentingan umum seperti
mengerjakan baileu, rumah-rumah raja, kepala soa, pendeta, membersihkan negeri
dan lain sebagainya.Yang menonjol dalam aktivitas ini adalah suatu hubungan
masohi yangdisebut pela. Pela adalah hubungan anatara dua aman atau negeri atau
lebih, di mana satu dengan yang lain saling membantu. Apabila penduduk salah
satu aman kekurangan bahan makanan maka ia dapat saja mengambilnya dari
pelannya baik dengan izin ataupun tanpa izin. Anggota pela harus ditolong atau
dibantu apabila melewati desa pelanya. Sesama pela biasanya saling menyapa
dengan sapaan “nanoa pela”, “nyong pela”.
Di bidang sekitar rumah tangga, Masohi yang berkaitan
dengan ini adalah menyangkut segala aktivitas tolong-tolong seputar kehidupan
rumah tangga. Misalnya dalam perkawinan, kematian, menggali sumur, membuat
pagar rumah, dan lain sebagainya. Biasanya pekerjaan tersebut melibatkan kaum
kerabat dan juga tetangga dekat, dimana pada gilirannya bila orang lain
membangun rumah maka orang yang telah dibantu akan membantu pula.
Di bidang kepercayaan, Masohi di bidang ini
berhubungan dengan kegiatan membersihkan tempat-tempat keramat, kuburan, dan
upacara keagamaan lainnya yang diadakan di baileu, batu pamali dan negeri aman.
Upacara ini dilakukan bersama-sama oleh masyarakat uku atau aman. Semua
kebutuhan untuk menyelenggarakan upacara ditanggung bersama. Salah satu
kegiatan gotong royong (masohi) di bidang kepercayaan adalah upacara Cuci Negeri
di Desa Tuhaha yang dilaksanakan dlam bulan Desember menjelang perayaan hari
natal dan tahun baru. Tujuannya untukmembersihkan desa. Menurut kepercayaan
masyarakat, akan terjadibencana di desa akibat datuk-datuk dan para leluhur
menjadi marah.
Gotong royong kerja bakti, Dilihat dari istilahnya
maka kata kerja bakti diambil dari Bahasa Indonesia. Dapat diartikan kerja
bersama-sama tanpa pamrih untuk kepentingan bersama. Kelompok aktivitas di
bidang ini anggotanya sangat besar dan sifatnya tidak permanen, sebab kegiatan
di bidang ini adalahmenyangkut kepentingan umum. Tenaga yang dikerahkan hamper
menyangkut sebagian besarpenduduk dewasa. Pekerjaan yang biasanya dikerjakan
seperti pembangunan gedung gereja atau masjid,pembersihan lingkungan, pembuatan
jalan desa, pagar desa, tempat-yempat air minum, rumah raja, kantor desa dan
lain sebagianya. Di desa Tuhaha dan Haria dan juga desa-desa lain di pulau
Saparua terdapat suatu norma dalam kegiatan tolong-menolong yaitubagi seseorang
yang melewati tempat yang sementara melaksanakan aktivitas masohi kerja bakti
tanpa ia mengambil bagian atau membantu. Mereka yang berbuat demikian akan
dicemohkan dianggap sebagai orang yang tidak bermoral dan akan menjadi
bincangan orang. Oleh sebab itu bila di desa ada kegiatan-kegiatan maka
masyarakat akan selalu berpartisipasi tanpa pamrih.
e. Sifat
dan Hakikat Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa
masyarakat Indonesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian
yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang
antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang
damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota
dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian
dan keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota melepaskan segala
kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke luar kota, karena
merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi sebetulnya ketenangan
masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat masyarakat itu yang oleh
Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat gemeinschaft (paguyuban). Jadi
Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan orang-orang kota menilai sebagai
masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang
adem ayem.
Tetapi sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita
ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab
bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
f.
Unsur-Unsur Desa
Dalam pembentukan sebuah desa terdapat 3 unsur pokok:
a.) Daerah/wilayah yang merupakan tempat tinggal dan
tempat beraktivitas.
b.) Penduduk adalah terkait dengan kualitas dan
kuantitas.
c.) Tata kehidupan atau aturan–aturan yang berhubung
langsung dengan keadaan masyarakat dan adat istiadat setempat.
g. Fungsi
Desa
Fungsi desa adalah sebagai berikut:
(*) Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi
kota).
(*) Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi
perkotaan.
(*) Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota.
(*) Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di
wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.
4.
PERBEDAAN MASYARAKAT PERKOTAAN DENGAN MASYARAKAT PEDESAAN
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat
modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya
bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan
masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri.
Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur
serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat
diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan:
a.
Perilaku homogeny
b.
Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
c.
Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
d. Isolasi
sosial, sehingga static
e.
Kesatuan dan keutuhan cultural
f. Banyak
ritual dan nilai-nilai sacral
g.
Kolektivisme
Masyarakat Kota:
a.
Perilaku heterogen
b.
Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3).Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
c.
Mobilitassosial, sehingga dinamik
d.
Kebauran dan diversifikasi cultural
e.
Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
f.
Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan
yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga
masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan
ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama, hubungan
kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan
penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian,
walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang membuat
gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan
di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja .
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan
umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada
mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno (1992)
menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat
pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
B.
PERTENTANGAN SOSAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
1.
PENJELASAN PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah
laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi
kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan
akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan
kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada
dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal
kepentingannya.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1)
kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2)
kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3)
kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4)
kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5)
kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6)
kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7)
kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8)
kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan
ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan
melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan
konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan
kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang
yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi
dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung
menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1) fase
disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.
2) fase
dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut
Walter W. Martin dkk):
·
ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
· norma
sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
· norma
yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
·
sanksi sudah menjadi lemah
·
tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2.
JELASKAN TENTANG DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRIS
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil
terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu
kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena
kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil
karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan,
aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan
atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis
kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan
yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di
lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam
bentuk:
· dari
struktur upah,
· cara
penerimaan karyawan,
·
strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
·
kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang
memenuhi aspirasi profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang
dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat
bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara
individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada
karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai
indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah orang-orang
yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan
budayanya sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).
Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku
Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan
pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai
“pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat segalanya dan semua kelompok
lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi [Sumner,
1906, hal.13]. Secara kurang formal etnosentrisme adalah kebiasaan setiap
kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling
baik.
Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya
bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain.
Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber
utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan
memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita
sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin
besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar
ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok
kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang
paling bermoral.”
Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan
untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan
budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”,
“progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali
sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok
dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang
pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama
etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi
kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial
telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme berkaitan erat dengan
kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam buku The Authoritarian Personality,
Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang
terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan
ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa
kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai prasangka terhadap
kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang yang etnosentris susah
berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses belajar-mengajar.
Etnosentrisme akan terus marak apabila pemiliknya
tidak mampu melihat human encounter sebagai peluang untuk saling belajar dan
meningkatkan kecerdasan, yang selanjutnya bermuara pada prestasi. Sebaliknya,
kelompok etnis yang mampu menggunakan perjumpaan mereka dengan
kelompok-kelompok lain dengan sebaik-baiknya, di mana pun tempat terjadinya, justru
akan makin meninggalkan etnosentrisme. Kelompok semacam itu mampu berprestasi
dan menatap masa depan dengan cerah.
Etnosentrisme mungkin memiliki daya tarik karena
faham tersebut mengukuhkan kembali “keanggotaan” seseorang dalam kelompok
sambil memberikan penjelasan sederhana yang cukup menyenangkan tentang gejala
sosial yang pelik. Kalangan kolot, yang terasing dari masyarakat, yang kurang
berpendidikan, dan yang secara politis konservatif bisa saja bersikap
etnosentris, tetapi juga kaum muda, kaum yang berpendidikan baik, yang
bepergian jauh, yang berhaluan politik “kiri” dan yang kaya [Ray, 1971; Wilson
et al, 1976]. Masih dapat diperdebatkan apakah ada suatu variasi yang
signifikan, berdasarkan latar belakang sosial atau jenis kepribadian, dalam kadar
etnosentris seseorang.
3.
JELASKAN TENTANG PERTENTANGAN SOSIAL KETEGANGAN MASYARAKAT
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih
luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai
pertentangan yang kasar atau perang. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar
yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu :
1)
terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam
konflik.
2)
Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
3)
Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan
tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan
dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau
permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan :
a. pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk adanya pertentangan,
ketidakpastian atau emosi dan dorongan yang antagonistic dalam diri seseorang.
b. pada
taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri
individu, dari perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan, nilai-nilai
dan norma, motivasi untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
c. pada
taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan antara nilai-nilai dan
norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma dimana kelompok yang
bersangkutan berada.
4.
GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL
Masyarakat Majemuk dan National Indonesia terdiri
dari :
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang
dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia.
Aspek-aspek dari kemasyarakatan :
5.
DEFINISI INTEGRASI SOSIAL
Integritas Nasional identik dengan integritas bangsa
yang mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek
sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau
bangsa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin
terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan
bersama sebagai suatu bangsa. Integritas nasional sebagai suatu konsep dalam
kaitan dengan wawasan kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berlandaskan pada aliran pemikiran/paham integralistik yang dicetuskan oleh
G.W.F. Hegl (1770-1831).
Pengertian ini berhubungan dengan paham idealisme
untuk mengenal dan memahami sesuatu harus dicari kaitannya satu dengan yang
lain. Dan untuk mengenal manusia harus dikaitkan dengan masyarakat di
sekitarnya dan untuk mengenal suatu masyarakat harus dicari kaitannya dengan
proses sejarah.
Istilah Integritas Nasional terdiri dari dua kata
yaitu “Integritas” dan “Nasional”. Istilah “integritas” mempunyai arti “mutu,
sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan” (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 2005), sedangkan istilah “nasional” mempunyai arti kebangsaan,
bersifat bangsa sendiri yang meliputi suatu bangsa (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989), berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama,
budaya, wilayah/daerah. Integritas nasional wujud keutuhan prinsip moral dan
etika bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara (Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 2008).
Setelah pengertian integrasi kita dikupas di atas,
maka disintegrasi bangsa dapat dikatakan lawan arti dari integrasi bangsa.
Disintegrasi bangsa sangat membahayakan keberadaan Negara ini dalam percaturan
kehidupan bernegara di dunia. Dapat diartikan pula kondisi pecahnya kesatuan
dan persatuan bangsa kita. Persatuan dan kesatuan ini dapat dilihat dalam
kontek kewilayahan maupun kebangsaan yang meliputi kesatuan ekonomi, politik,
social budaya, ideologi dan pertahanan keamanan.
Sumber :
Balai Kajian Jarahnitra Ambon
obi32softskill-repository.blogspot.com
celoteh-galang.blogspot.com
erikandfiki.wordpress.com
No comments:
Post a Comment