Nama : Joerike Joeliana Aditio
NPM : 34413658
Kelas : 3ID10
LANDASAN
TEORI
Menurut Bhattacharyya
(2011), bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam sistem produksi
yang perlu diperhatikan untuk kelancaran suatu produksi. Suatu perusahaan perlu
merencanakan pembelian dan melakukan kontrol bahan baku untuk mengendalikan
biaya bahan baku.
Persediaan hampir
selalu ada pada setiap perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Alasan
utama suatu perusahaan sangat memperhatikan persediaan karena persediaan
merupakan sumber daya yang menganggur (idle
resources) yang berarti jika persediaan berlebih menyebabkan investasi
sia-sia, akan tetapi jika tidak ada persediaan akan sulit mengantisipasi
fluktuasi permintaan atau hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya kekurangan (Tersine,
1994:402).
1. Pengertian
Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Orlicky (2004).
Material Requirement Planning (MRP)
merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Induk
Produksi (JIP) dari barang jadi atau end
item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan JIP. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari
kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan
material tersebut dijadwalkan.
Menurut Yamit (2001), Material Requirement Planning (MRP)
dapat didefinisikan sebagai suatu alat atau set prosedur yang sistematis dalam
penentuan
kuantitas serta waktu dalam proses
pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling
bergantungan (dependent demand items).
Permintaan dependent adalah komponen
barang akhir seperti bahan mentah, komponen suku cadang dan subperakitan dimana
jumlah persedian yang dibutuhkan tergantung (dependent) terhadap jumlah permintaan item barang akhir.
2.
Tujuan MRP
Hasil penelitian I
Nyoman Yuda, (2003). Secara umum, sistem MRP
dimaksudkan untuk mencapai tujuan
sebagai berikut:
1. Meminimalkan persediaan.
MRP
menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan
jadwal induk produksi (master production
schedule). Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) atas
komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas
yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko keterlambatan
produksi atau pengiriman.
MRP
mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pengadaan/pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya
bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis.
Dengan
menggunakan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan
rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis.
Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi.
MRP
juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu persediaan,
waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik
sesuai dengan jadwal induk produksi.
3. Langkah Penyusunan MRP
Sistem MRP memiliki
empat langkah utama yang harus diterapkan satu per satu pada periode
perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah dasar dalam
penyusunan proses MRP adalah sebagai
berikut (Nasution, 2003):
1. Netting
(kebutuhan bersih) merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumah kebutuhan
bersih untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam
persediaan dan yang sedang dipesan).
2. Lotting
merupakan penentuan ukuran lot (jumlah pesanan) yang menjamin bahwa semua
kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi, pesanan akan dijadwalkan untuk penyelesaian
pada awal periode dimana ada kebutuhan bersih yang positif.
3. Offsetting
(rencana pemesanan) merupakan salah satu langkah pada MRP untuk
menentukan saat yang tepat untuk rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan
bersih. Rencana pemesanan didapat dengan
cara menggabungkan saat awal tersedianya ukuran lot (lot size) yang diinginkan dengan besarnya waktu ancangancang. Waktu
ancang-ancang ini sama dengan besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau
diproduksi sampai barang tersebut siap untuk dipakai.
4. Exploding
merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat (level)
yang lebih bawah dalam suatu struktur
produk serta didasarkan atas rencana pemesanan.
4. Pengertian Peramalan (Forecasting)
Peramalan (forecasting) merupakan suatu proses
perkiraan keadaan pada masa yang akan datang dengan menggunakan data di masa
lalu. (Adam dan Ebert, 2002). Awat (2000) menjelaskan bahwa peramalan merupakan
kegiatan untuk mengetahui nilai variabel yang dijelaskan (variabel dependen)
pada masa akan datang dengan mempelajari variabel independen pada masa lalu,
yaitu dengan menganalisis pola data dan melakukan ekstrapolasi bagi nilai-nilai
masa datang.
5. Macam-macam Peramalan
Macam-macam peramalan
metode time series yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:

Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
Dimana Ft-1 adalah ramalan untuk periode
berikutnya, α adalah faktor perataan (0<
α<1) dan Xt adalah permintaan
berdasarkan pengalaman sebelumnya pada periode ke t.
Untuk penerapan metode ini, maka harus
menentukan faktor penghalus (α) Alpha. Dimana pada prakteknya yang sering dipakai
dalam ketetapan pemilihan faktor penghalus yaitu: 0,05 (5%), 0,10 (10%), dan
0,20 (20%).
2. Peramalan Metode Kuadrat terkecil (Least Squares)
Garis kuadrat terkecil yang mendekati
rangkaian titik (X1, Y1), (X2, Y2), …. , (Xn,

Y = a0+ a1X (1)
6. Jenis-jenis Peramalan
Berdasarkan sifatnya
peramalan dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Peramalan Kualitatif
Peramalan
Kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa
lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang menyusunnya.
Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pendapat
dan pengetahuan serta pengamalan penyusunnya.
2. Peramalan Kuantitatif
Peramalan
Kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu.
Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan
dalam peramalan tersebut.
7. Pengertian Just In Time (JIP)
Just
In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu
sistem produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada
waktunya sesuai dengan jumlah yang dikehendakinya. Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk
menghindari terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang
berlebihan (excess Inventory) dan
juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
8. Pengertian BOM (Bill of Material)
Bill
of Material (BOM) adalah definisi produk akhir yang
terdiri dari daftar item, bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit,
mencampur atau memproduksi produk akhir. BOM terdiri dari berbagai bentuk dan
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. BOM
dibuat sebagai bagian
dari proses desain
dan digunakan oleh manufacturing engineer untuk
menentukan item yang
harus dibeli atau
diproduksi. Perencanaan
pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang di-hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan
release item yang dibeli atau
diproduksi.
Hasil Review 3 Jurnal
PENENTUAN
METODE LOT SIZING PADA PERENCANAAN PENGADAAN
BAHAN BAKU KIKIR DAN MATA BOR
(Studi
Kasus: PT X, Sidoarjo)
1.
Latar Belakang Teori dan Tujuan
Penelitian
PT X sebagai salah satu
perusahaan manufaktur yang memproduksi kikir dan mata bor. Sebagai perusahaan
yang memiliki strategi bisnis make to
stock PT X berusaha memiliki jumlah persediaan bahan baku maupun produk
jadi dalam jumlah besar untuk mengantisipasi kebutuhan pelanggan. Proses
peramalan produk dilakukan oleh manajer produksi dengan menggunakan system budgeting atau target penjualan
selama satu tahun yang berdasarkan pada capaian target penjualan pada tahun
sebelumnya.
Selanjutnya untuk
memperoleh target produksi pada setiap bulan, bagian PPIC mengkonversikan
target penjualan yang telah ditentukan oleh manajer produksi menjadi target
produksi per bulan. Kebijakan tersebut menyebabkan tingginya
persediaan bahan baku dalam gudang dan semakin tingginya risiko kerusakan bahan
baku, karena yang digunakan sebagai acuan pemesanan bahan baku adalah target
produksi. Kondisi persediaan yang tinggi ini dapat meningkatkan biaya
persediaan dan pengadaan yang harus dikeluarkan oleh PT X. Untuk mendukung
perencanaan persediaan yang baik, dapat digunakan material requirement planning (MRP).
Input utama dari MRP
adalah lot size atau ukuran pemesanan
yang optimal (Tersine, 1994:338). Sehingga pada penelitian ini dilakukan
perencanaan ulang dibagian persediaan bahan baku khususnya produk kikir 4” slim taper dan mata bor tipe 3,3 mm
dengan membandingkan 3 metode lot size
dinamis yang dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan serta dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku secara tepat tanpa mengalami kelebihan atau kekurangan yaitu
Least Unit Cost, Silver Mealdan Wagner Within Algorithm.
2. Metode
Penelitian ini berfokus
pada perencanaan pengadaan bahan baku, mengoptimalkan persediaan bahan baku
dalam gudang, serta meminimasi total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Langkah-langkah
penelitiannya terdiri dari studi lapangan, studi pustaka, identifikasi masalah,
perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, pengumpulan data meliputi:
a.
Profil Perusahaan
b.
Proses Produksi Kikir dan Mata Bor
c.
Data permintaan produk kikir 4” slim taper dan mata bor 3,3 mm pada
Januari 2012 sampai Oktober 2014
d.
Lead
time
pemesanan bahan baku
e.
Kapasitas produksi dan gudang bahan baku
di PT X
f.
Harga bahan baku
g.
Biaya penyimpanan bahan baku
h.
Biaya pemesanan bahan baku
i. Bill of Material dan komposisi bahan
baku kikir kikir 4” slim taper dan
mata
bor 3,3 mm
Pengolahan data terdiri dari:
Menghitung peramalan,
membuat Master Production Scheduling
(MPS) dari data peramalan, menghitung safety
stock, perhitungan lot size, membuat
Material Requirement Planning (MRP)
dengan input planned orders dari MPS,
BOM tree, data persediaan bahan baku
periode sebelumnya dan hasil perhitungan lot
size dengan bantuan Microsoft Excel 2010. Terakhir menghitung
total inventory cost.
3. Kesimpulan
Peramalan
dengan menggunakan Minitab 16 pada kebutuhan kikir 4” slim taper dan mata bor 3,3 mm diperoleh hasil kebutuhan produk
yang optimal berdasarkan metode peramalan Dekomposisi Aditif untuk kikir 4” slim taper dan Winter’s Exponential Smoothing Multiplikatif
untuk mata bor 3,3 mm yang memberikan nilai MSD terendah. Hasil peramalan
kebutuhan kikir dan mata bor yang dilakukan pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan dan telah disesuaikan dengan
kapasitas produksi perusahaan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan perencanaan
pengadaan bahan baku dengan 4 metode dimana hasil perencanaan kebutuhan bahan
baku yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan metode Wagner Within dapat meminimasi biaya
yang dikeluarkan perusahaan dari segi biaya persediaan. Dengan demikian hasil
dari penelitian ini dapat digunakan untuk membantu membuat kebijakan perusahaan
pada tahun 2015. Kondisi penghematan untuk masing-masing bahan baku yaitu,
triangular 6,1 mm, menggunakan metode Wagner
Within dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sebesar
Rp.133.947.818,-memiliki persen penghematan sebesar 49,97% dibandingkan dengan
metode perusahaan. Sedangkan untuk Hss
Round 6,7 mm menggunakan metode Wagner
Within dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sebesar Rp.
88.493.569,- memiliki persen penghematan sebesar 54.71% dibandingkan dengan
metode perusahaan.
PERENCANAAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN
METODE
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)
PRODUK KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN GANGSAR
NGUNUT-TULUNGAGUNG
1. Latar Belakang Teori dan Tujuan
Penelitian
Perusahaan Gangsar mempunyai kriteria dalam
pemilihan kacang tanah sebagai bahan baku utama produk kacang shanghai. Hanya
kacang tanah yang berkualitas baik yang minimal berdiameter 5mm sampai dengan
7mm yang dapat digunakan sebagai bahan baku produk kacang shanghai. (Dewi
Prihartini, 2009). Diketahui dari hasil
komoditi kacang tanah di Tulungagung pada tahun 2009, 2010, dan
2011masing-masing mendapatkan hasil panen 3.812 ton, 2.116 ton, dan 2.790 ton
untuk segala jenis kacang tanah. (Sumber: BPS Tulungagung 2012). Data di atas
maka dapat diketahui bahwa di daerah Tulungagung penghasilan kacang tanah
sangat kecil, dan hanya beberapa yang memenuhi kriteria pemilihan untuk bahan
baku kacang shanghai, maka perusahaan
Gangsar memperoleh bahan baku kacang
tanah tersebut dari Tuban, Bumi Ayu
Jombang, Surabaya dan import dari
India dan
Filipina untuk memenuhi produksi kacang
shanghai.
Suatu
sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan perencanaan bahan baku produksi
adalah Material Requirement Planning
(MRP) atau sistem perencanaan kebutuhan
bahan baku.
2. Metode
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi operasional variabel
terdiri dari forecasting (peramalan) terdiri atas Exponential smoothing dan Least
squares, proses perhitungan MRP yaitu menentukan jadwal induk produksi
(JIP), menentukan kebutuhan bahan baku setiap periode, dan menentukan jumlah
pesanan (ukuran lot).
3. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan
bahan baku tahun 2012 dengan menggunakan metode perusahaan yang digunakan
sebelum penelitian adalah sebesar Rp 50.063.563.595,-. Setelah dilakukan penelitian
dengan menggunakan metode Material
Requirement Planning (MRP) mengalami penurunan sebesar Rp 1.072.427.967,-
artinya perusahaan dapat meminimalisasikan biaya persediaan sebesar 46,7 %.
Dari perbedaan total biaya persediaan sebelum dan sesudah penelitian
menunjukkan bahwa metode MRP dapat diterapkan pada perusahaan “Gangsar” sehingga
perencanaan bahan baku dapat berjalan secara efektif dan efisien.
ANALISIS
PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
(MRP) DENGAN MEMPERTIMBANGKAN LOT SIZING
UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
(Studi
Kasus di Quick Chicken Kota Batu – Jawa Timur)
1.
Latar Belakang Teori dan Tujuan
Penelitian
Quick
Chicken merupakan salah satu restoran lokal cepat saji yang sedang berkembang
di Indonesia. Salah satu outlet Quick Chicken berada di kota Batu, Jawa Timur.
Quick Chicken kota Batu mengolah rata-rata 30 kg daging ayam per hari dan
memiliki 10 karyawan yang terdiri dari 3 orang sebagai supervisor dan 7 orang di bagian operasional. Quick Chicken cabang
kota Batu dalam pengembangan usahanya sering menghadapi permasalahan, yaitu sistem
pengendalian persediaan bahan baku yang tidak terstruktur. Metode yang digunakan
oleh perusahaan saat ini hanya menggunakan perhitungan konvesional tanpa melakukan
suatu peramalan atau perencanaan yang baik, sehingga perusahaan memerlukan
suatu metode yang dapat menangani masalah perencanaan bahan baku.
Salah satu metode yang
dapat digunakan dalam perencanaan bahan baku adalah Material Requirement Planning (MRP) atau perencanaan kebutuhan
material. Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang
bersifat dependent (bergantung) terhadap penyelesaian suatu produk akhir.
Tujuan
yang akan dicapai pada penelitian ini adalah menentukan metode lot sizing yang terbaik diterapkan untuk
perusahaan dan mengetahui perbandingan total biaya persediaan dari model lot sizing yang dihasilkan dengan total
biaya persediaan aktual perusahaan.
2. Metode
Langkah-langkah
penelitiannya meliputi tempat dan waktu pelaksanaan, batasan masalah dan
asumsi, prosedur penelitian yang terdiri dari survey pendahuluan dan studi literatur, identifikasi masalah dan
tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data yang terdiri
dari peramalan permintaan, penyusunan jadwal induk produksi (JIP), penyusunan
struktur produk (Bill Of Material),
perencanaan kebutuhan bahan baku berdasarkan metode Material Requirement Planning (MRP) yang terdiri dari Gross Requirement, Scheduled Receipts, dan Projected
On-Hand.
3. Kesimpulan
Dari
analisis mengenai sistem pengadaan bahan baku dengan mengimplementasikan metode
MRP dengan 2 teknik lot sizing Lot For
Lot dan EOQ. Didapat teknik lot size
yang terbaik adalah teknik lot EOQ.
Teknik lot size EOQ menghasilkan
biaya persediaan terendah sebesar Rp 560.566.160,-dibandingkan dengan teknik lot LFL yang menghasilkan biaya sebesar
Rp 562.243.761,- dan metode yang digunakan perusahaan sebesar Rp 575.960.105,-.
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa metode MRP dapat
diterapkan
Quick Chicken Cabang Kota Batu dengan memperhatikan
beberapa hal yaitu melakukan peramalan berdasarkan data penjualan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
review ketiga jurnal dapat diketahui bahwa MRP (Material Requirement Planning) yang dipakai menggunakan metode
peramalan (forecasting) seperti JIT (Just In Time), BOM (Bill of Material), Lot size.
Tujuan umum dari digunakannya MRP ini yaitu untuk perencanaan pengadaan bahan
baku, mengoptimalkan persediaan bahan baku dalam gudang, serta meminimasi total
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Wahyuni, A.2015. Perencanaan
Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning (Mrp) Produk Kacang Shanghai Pada
Perusahaan Gangsar Ngunut-Tulungagung. http://journal.uad.ac.id/index.php/Spektrum/article/download/2692/1662
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015
pukul 21:30 WIB.
Madinah, WN.2015. Penentuan
Metode Lot Sizing Pada Perencanaan
Pengadaan. Bahan Baku Kikir Dan Mata Bor.http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/download/222/251
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015
pukul 21:38 WIB.
Erlangga, Feri Surya.2015. Analisis
Penerapan Material Requirement Planning
(Mrp) Dengan Mempertimbangkan Lot Sizing
Untuk Pengendalian Persediaan Bahan Baku.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015
pukul 21:46 WIB.